Konsumsi ganja berpotensi gandakan risiko episode psikotik pada remaja

Konsumsi ganja atau marijuana telah menjadi masalah yang semakin meningkat di kalangan remaja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Meskipun banyak yang menganggap ganja sebagai obat herbal yang aman, namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi ganja dapat meningkatkan risiko episode psikotik pada remaja.

Studi yang dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Oxford menemukan bahwa remaja yang mengkonsumsi ganja memiliki risiko dua kali lipat mengalami episode psikotik dibandingkan dengan remaja yang tidak mengkonsumsinya. Episode psikotik ini dapat berupa halusinasi, delusi, atau gangguan pemikiran yang serius.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin sering seseorang mengkonsumsi ganja, semakin tinggi risiko episode psikotik yang akan dialami. Hal ini disebabkan oleh kandungan zat aktif dalam ganja yang disebut tetrahydrocannabinol (THC) yang dapat memengaruhi fungsi otak dan menyebabkan gangguan mental.

Selain itu, konsumsi ganja pada usia remaja juga dapat mengganggu perkembangan otak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Dampak negatif ini dapat berlangsung hingga dewasa dan meningkatkan risiko terjadinya gangguan mental dan psikologis di kemudian hari.

Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan pendidik untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai bahaya konsumsi ganja pada remaja. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan langkah-langkah untuk mengedukasi masyarakat mengenai risiko dan bahaya ganja serta meningkatkan pengawasan terhadap penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja.

Dengan demikian, diharapkan kesadaran akan bahaya konsumsi ganja dapat meningkat sehingga remaja dapat terhindar dari risiko episode psikotik dan dampak negatif lainnya yang dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik mereka di masa depan.